top of page
Search

Resensi Film: “Hope”, Perjuangan Keluarga Korban Pelecehan Seksual

Writer's picture: Rio Prawira OctavieriRio Prawira Octavieri

Poster film Hope (Sumber: trustthedice.com)

Judul Film : 소원 / Hope

Producer : Byn Bong Hyun, Sung Chang Yun

Sutradara : Lee Joon Ik

Penulis : So Jae Won (novel), Kim Ji Hye, Jo Joong Hoon

Pemain : Sol Kyung Gu (Dong Hoon), Uhm Ji Won (Mi Hee), Lee Re (So Won), Kim Hae Sook (Psychiatrist Jung Sook), Kim Sang Ho (Gwang Sik), Ra Mi Ran (Ibu Young Suk), Kim Do Yeob (Young Suk), Yang Jin Sung (Petugas Polisi Do Kyung)

Studio : Lotte Entertainment

Terbit : 2 Oktober 2013

Genre : Drama, Keluarga

Durasi : 123 Menit

Negara : Korea Selatan


Film “Hope” terinspirasi dari kisah nyata yang terjadi di Korea Selatan. Film ini bercerita mengenai seorang anak perempuan berusia 8 tahun mengalami pelecehan seksual berupa pemerkosaan dan kekerasan oleh orang tidak dikenal ketika sedang pergi ke sekolah Anak tersebut akhirnya mengalami kecacatan dimana anus dan usus besarnya terluka, sehingga harus dipasang anus buatan serta psikologi anak terganggu, anak tersebut ketakutan ketika berdekat dengan laki-laki termasuk ayahnya dan sering merasa kenapa dia harus dilahirkan, dia ingin mati, dan dia merasa takut dengan adanya anus buatan ini terlihat dia tidak akan menjadi cantik lagi dan orang tuanya akan lebih menyayangi adiknya yang sedang dikandung.


Ayahnya yang tidak bisa mendekati So Won (anak perempuan tersebut) berusaha untuk bisa dekat dengannya, dengan cara menggunakan kostum dari sebua karakter kartun yang disukai oleh So Won. Dengan usaha ayahnya, So Won pada akhirnya tidak trauma lagi dengan ayahnya bahkan laki-laki.


Adanya kejadian ini tentu pihak keluarga korban merasa terpukul dan ingin pelakunya dihukum secara pantas. Namun, hasil persidangan mengungkapkan bahwa pelaku hanya menerima hukuman penjara selama 12 tahun. Keluarga merasa takut bahwa pelaku akan mendatangi So Won kembali yang baru akan menginjak 20 tahun.


Dengan alur yang dikemas menarik dapat membuat penonton merasa sedih dan juga marah. Penonton akan merasa sedih ketika bagaimana terpuruknya korban dan keluarga serta ucapan-ucapan korban ketika sedang menjalani fase penyembuhan. Selain itu, penonton juga akan marah dengan perilaku pelaku yang seolah-olah tak mengingat kejadian tersebut dikarenakan mabuk, serta hasil pengadilan yang tidak memuaskan. Penonton juga akan disuguhi rasa kehangatan ketika pertolongan dari tetangga, dan rekan sekolah dari So Won. Alur yang tidak menggambarkan bagaimana pelaku nantinya juga akan membuat penasaran penonton, dan ini mungkin tidak digambarkan karena mengingat film ini diangkat dari kisah nyata, yang mana pelaku akan bebas pada tahun 2020 / 2021.


Make up ketika So Won baru dilarikan ke rumah sakit

Make up ketika So Won sudah mulai sembuh

Acting dari setiap pemain tergambar sangat natural sehingga tidak terasa bahwa film tersebut dibuat berdasarkan hasil acting. Kemudian dengan menggunakan logat salah satu daerah di Korea yang tidak biasa mereka tetap tidak kaku ketika berbicara. Make Up yang digunakan oleh So Won juga terlihat sangat nyata tidak berlebihan, dan tergambat dengan jelas perubahannya ketika sedang menunjukkan penyembuhan.


Pengambilan gambar secara Kneel Shoot (KS) dan Group Shoot dengan camera still

Mengenai pengambilan gambar, berdasarkan angle kamera yang disebutkan pada (https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14757/2/T1_362012005_BAB%20II.pdf) yang terdapat dalam halaman 19-22. Film ini hanya menggunakan Bird Eye View (pengambilan gambar dari atas ketinggian untuk memperlihatkan lingkungan), dan Eye Level (pengambilan gambar dengan sudut pandang sejajar dengan objek). Hal ini mungkin digunakan agar film tidak begitu dibuat-buat, sehingga hanya membuat yang standarnya saja. Sementara untuk frame size seluruh bentuk digunakan dimulai dari Extreem Close-up, Big Close-up, hingga Group Shoot. Begitu pula dengan pergerakan kamera yang digunakan pada film ini.


Color palette dan coloring pada film “Hope”

Pada proses editing yang akan ditonjolkan pada resensi ini yakni penggunaan coloring pada film ini terkesan nyaman dimata, transisi antara siang dan malam, serta luar dan dalam ruangan tidak memiliki cahaya maupun warna yang begitu mencolok atau kontras, dimana ketika malam begitu gelap namun ketika berubah menjadi siang terlalu terang tidak ada dalam film ini. Selain itu, backsound yang digunakan menambah kesan bagaimana suatu adegan dalam film tersebut.


Film ini memiliki alur cerita, pengambilan gambar, make up, dan acting yang baik. Mungkin untuk kedepannya dapat membuat kembali sebuah cerita yang menggambarkan bagaimana ketika pelaku sudah bebas dari penjara, karena terdapat beberapa orang yang merasa bahwa film ini harus ada kelanjutan ceritanya ketika pelaku terbebas. Namun, mungkin akan menjadi kontroversial apabila mengangkat dari kisah aslinya, karena mengingat bagaimana trauma korban dan keluarga.

1 view

Comments


  • LinkedIn
  • Twitter
  • Instagram

© 2023 by The Art of Food. Proudly created with Wix.com

bottom of page